Si Kecil Pelupa, Bahayakah?
Bunda pasti ingin tumbuh kembang balita yang optimal dan cerdas, bagaimana jika ternyata si Kecil pelupa? Yuk simak mengapa anak balita bisa pelupa dan cara mengatasinya agar tumbuh kembang balita Anda bisa optimal.
Mengapa si Kecil Pelupa?
Sebenarnya, Bunda tak perlu khawatir jika si Kecil pelupa. Ini adalah hal yang normal. Jadi, tak seperti bayi, otak balita bisa menyimpan informasi. Tapi, apa yang belum si Kecil kuasai adalah menarik fakta-fakta dari “bank” memori mereka. Mengapa? Hal ini disebabkan karena si Kecil belum bisa menggabungkan semua hal baru dan menakjubkan yang dia alami.
Namanya juga anak kecil, Bu. Buatnya yang penting adalah tentang dirinya. Si Kecil hanya terfokus pada apa yang penting untuknya, bukan untuk Bunda. Pikirannya sangat penuh oleh semua yang menyangkut dirinya, seperti kue dan susu yang akan dimakannya, dan tak punya waktu untuk fokus pada Bunda. Jadi ketika Bunda bertanya padanya, “Tadi ngapain aja di rumah nenek?’’ Bisa jadi jawabannya, “Mmmm.. aku lupaa!”
Bagaimana Memandu Anak Keluar dari Sifat Pelupa?
Biasanya, sifat pelupa mulai mengganggu ketika dia mulai sekolah. Mereka melupakan bekal, PR, baju, buku, dan lain-lain. Karena kesal, kita mulai memarahi mereka, bahkan menghukum. Tapi sayang, hal itu tak akan mengubah semuanya. Si Kecil akan tetap menjadi pelupa!
Mengajarkan tanggung jawab tak berlangsung secara serta-merta, Bu. Bunda bisa memikirkan cara bagaimana melakukan suatu hal yang akan dia lakukan untuk dirinya sendiri. Dengan cara ini, Bunda membantunya untuk membangun self-esteem (percaya diri) dan self-reliance (mengandalkan diri sendiri).
Nah, ada tiga kunci nih mengajarkan tanggung jawab pada si Kecil:
1. Jangan ingatkan mereka
Kadang kita bingung, sudah diingatkan kok masih terus lupa? Ini karena, ketika kita mengingatkan mereka, mereka langsung menjadikan kita sebagai andalan. Si Kecil jadi tak dapat melatih dirinya sendiri untuk mengingat, karena terus menerus diingatkan.
2. Jangan katakan, “Kan Bunda tadi sudah bilang!”
Memang paling enak mengatakan hal itu ya, Bu. Dengan harapan, besok ia akan jera dan lebih ingat. Masalahnya, dengan mengatakan kalimat tersebut, hanya akan membuat si Kecil merasa bodoh. Lebih bertanggung jawab? Belum tentu, Bu.
3. Biarkan si Kecil merasakan konsekuensi dari perbuatan mereka.
Sering mengatakan ini, Bu? “Jangan lupa bawa bekalmu, nanti kelaparan lho!” Nah, jika Bunda terus memberitahukan konsekuensi apa yang akan terjadi, mereka hanya akan fokus ke Bunda sebagai guru dan tidak belajar sendiri.
Tindakan favorit saya saat mengajarkan tanggung jawab sih begini. Jadilah “surga” untuknya, saat dunia sedang mengajarkannya tanggung jawab. Sebagai contoh, ketika si Kecil melupakan kotak makannya, siapkan makanan hangat di rumah yang telah menunggunya. Jika dia mencoba untuk menyalahkan Bunda karena tidak mengingatkan untuk membawa kotak makan, berikan jawaban, “Kamu pasti lapar ya, karena lupa bawa bekal? Mau snack apa?” Maka, dia langsung melihat bahwa kotak makannya adalah tanggung jawabnya, dan tugas Bunda hanyalah menenangkannya.
Penyakit lupa memang wajar. Jangankan si Kecil, kita saja sering melupakan catatan belanja atau obat ya, Bu? Tapi jangan sampai lupa membuat si Kecil kehilangan tanggung jawab atas dirinya sendiri. Yuk, kita jadikan si Kecil tak lupa melulu!
Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com