Rasa penasaran anak tentang Natal selalu menjadi momen yang menarik bagi orang tua untuk memberikan pemahaman dan penjelasan yang tepat. Setiap keluarga memiliki cara sendiri dalam menjelaskan makna Natal kepada anak-anak mereka. Namun, anak-anak juga sering terpapar dengan tontonan dan lagu-lagu Natal yang mereka dengar dan lihat langsung. Bagi umat Nasrani, pemahaman tentang Natal tidak terlepas dari kelahiran Yesus Kristus ke dunia sebagai Juruselamat yang dinantikan. Bagi mereka, Natal bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga merupakan saat penantian menyambut kedatangan Sang Juruselamat.
Namun, sebagai orang tua, kita seringkali dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan “ajaib” yang diajukan oleh anak-anak kita tentang Natal. Bagaimana sebaiknya kita menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut? Bagaimana kita bisa memberikan penjelasan yang memadai dan memuaskan rasa penasaran anak-anak kita?
Pertanyaan pertama yang sering diajukan oleh anak-anak adalah mengapa kita merayakan Natal. Jika pertanyaan ini diajukan oleh anak balita, kita bisa mempertimbangkan untuk mengikutsertakan mereka dalam sekolah Minggu. Di sana, anak-anak akan diajar oleh kakak pelayan yang berperan sebagai guru dalam mengajarkan pemahaman dasar iman Kristen atau Katolik. Mereka akan belajar mengerti bahwa Natal bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga merupakan saat penantian akan kedatangan Sang Juruselamat. Kita bisa mengajarkan kepada anak-anak bahwa Natal adalah saat yang tepat bagi kita untuk berbuat baik, mendengarkan orang tua, menyayangi teman dan saudara, dan tentunya, berjumpa dengan Tuhan melalui ibadah.
Pertanyaan selanjutnya yang sering diajukan adalah tentang keberadaan Sinterklas. Anak-anak sering melihat gambar dan pertemuan dengan Santa Claus di mal-mal atau tempat-tempat umum lainnya. Jika pertanyaan ini diajukan ketika anak sedang berada di mal, kita bisa menjawabnya sejauh pengetahuan kita. Kita bisa mengajak anak untuk ikut merasakan serunya bertemu dengan Santa Claus jika memang ada acara tersebut di mal tempat kita berada.
Selanjutnya, anak-anak seringkali bertanya apakah mereka akan mendapatkan hadiah dari Santa Claus jika mereka cukup baik. Hal ini mungkin muncul dari lirik lagu “Santa Claus is Coming to Town” yang mengatakan bahwa Santa sedang membuat daftar dan memeriksanya dua kali untuk mengetahui siapa yang nakal dan siapa yang baik. Kita bisa menjawab pertanyaan ini dengan memberi motivasi kepada anak-anak untuk terus berbuat baik kepada sesama tanpa harus berharap hadiah dari Santa Claus.
Anak-anak juga seringkali ingin menulis surat kepada Santa Claus. Mereka mungkin terinspirasi dari film-film Natal yang mengangkat kisah seorang anak yang keinginannya dikabulkan setelah menulis surat kepada Santa Claus. Namun, kita harus jujur kepada anak-anak bahwa Santa Claus sebenarnya adalah tokoh fiktif yang tidak benar-benar ada. Kita bisa membuka kesempatan bagi anak-anak untuk menuliskan keinginan mereka dalam bentuk surat, tetapi kita harus menjelaskan bahwa surat tersebut akan dibaca dan diwujudkan oleh kita sebagai orang tua, bukan oleh Santa Claus.
Pertanyaan selanjutnya yang sering diajukan oleh anak-anak adalah bagaimana Santa Claus naik ke rumah kita. Kita bisa menjelaskan kepada anak-anak bahwa Santa Claus sebenarnya bukanlah sesuatu yang nyata. Santa Claus adalah tokoh yang terinspirasi dari tokoh bernama Saint Nicholas atau Saint Nick, yang dikenal sebagai orang yang sangat baik di masa lalu. Santa Claus tidak benar-benar tinggal di Kutub Utara dan naik kereta luncur bersama rusa-rusanya untuk mengantar hadiah. Hal ini hanya dongeng belaka dan anak-anak tidak perlu menyiapkan minuman cokelat hangat dan kue-kue untuk menunggu kedatangan Santa Claus.
Pertanyaan terakhir yang sering diajukan oleh anak-anak adalah apakah Santa Claus benar-benar ada. Ketika anak-anak mengetahui bahwa Santa Claus sebenarnya tidak benar-benar ada, mereka mungkin akan merasa kecewa. Namun, kita harus menjelaskan kepada mereka bahwa makna sebenarnya dari Natal tidak terletak pada kehadiran Santa Claus. Bagi umat lain yang non-Kristen, Natal adalah waktu untuk berkumpul dengan keluarga dan sanak saudara. Natal adalah saat untuk saling berbagi kebahagiaan dan kegembiraan dengan anggota keluarga dan orang-orang terdekat. Meskipun Santa Claus tidak benar-benar ada, anak-anak tetap bisa merayakan Natal dengan sukacita dan kegembiraan bersama keluarga.
Selain menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, kita juga harus memperhatikan lagu-lagu Natal yang anak-anak dengarkan dan ikut menyanyikan. Lagu-lagu Natal yang umumnya ada di Youtube atau media lainnya biasanya lebih menggambarkan suasana liburan dan musim dingin, daripada menggambarkan makna sebenarnya dari Natal. Kita harus menjelaskan kepada anak-anak bahwa lagu-lagu Natal tersebut lebih berkaitan dengan budaya populer Barat dan tidak secara spesifik membahas tentang kelahiran Yesus Kristus.
Dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan anak tentang Natal, kita harus berusaha memberikan penjelasan yang memadai dan sesuai dengan pemahaman mereka. Kita harus mengajarkan kepada anak-anak bahwa Natal bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga merupakan saat penantian akan kedatangan Sang Juruselamat. Kita harus mengajak mereka untuk berbuat baik kepada sesama, mendengarkan orang tua, menyayangi teman dan saudara, dan tentunya, berjumpa dengan Tuhan melalui ibadah. Meskipun Santa Claus tidak benar-benar ada, kita tetap bisa merayakan Natal dengan sukacita dan kegembiraan bersama keluarga. Kita harus menjelaskan kepada anak-anak bahwa lagu-lagu Natal yang mereka dengar lebih berkaitan dengan budaya populer Barat dan tidak secara spesifik membahas tentang kelahiran Yesus Kristus.
Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com