1. Opposite attract
Pernikahan kami selama 5 tahun ini menjadi bukti bahwa perbedaan bukanlah halangan untuk menjalani hubungan yang bahagia. Kami memiliki banyak perbedaan yang mencolok dalam kepribadian dan minat kami. Saya cenderung santai dan tidak mudah stres, sedangkan suami saya lebih perfeksionis dan mudah stres. Namun, kami berdua berusaha saling menghormati dan menerima perbedaan tersebut.
Saya menganggap perbedaan sebagai sesuatu yang menarik dan membuat hidup kami lebih berwarna. Saya belajar untuk bangun pagi karena suami saya adalah orang yang tidak bisa tidur lama. Sementara itu, suami saya juga belajar untuk lebih bersantai dalam menjalani hidup dan tidak terlalu memikirkan hal-hal kecil. Kami saling melengkapi dan belajar dari satu sama lain.
Kami juga memiliki perbedaan dalam hobi dan minat. Saya gemar traveling dan memiliki banyak teman, sedangkan suami saya tidak begitu suka bepergian dan memiliki lingkaran pertemanan yang lebih kecil. Namun, kami selalu mencari kesempatan untuk menikmati hobi masing-masing dan menghargai minat yang berbeda.
Selain itu, kami juga memiliki perbedaan dalam gaya komunikasi. Saya lebih suka berkomunikasi melalui tulisan, sedangkan suami saya lebih suka berbicara langsung. Kami berdua belajar untuk saling mengerti dan menyesuaikan gaya komunikasi kami agar pesan yang ingin disampaikan dapat dipahami dengan baik.
Tentu saja, perbedaan-perbedaan ini tidak selalu mudah untuk dihadapi. Ada saat-saat ketika kami bertengkar karena perbedaan pendapat atau kebiasaan. Namun, kami selalu berusaha untuk menghadapinya dengan tenang dan menggunakan logika.
2. Kedepankan Logika
Dalam pernikahan kami, logika menjadi salah satu kunci utama untuk menghadapi perbedaan dan konflik. Kami berdua merupakan orang yang logis dan suka berdiskusi. Kami menyadari bahwa setiap perbedaan pendapat dapat diselesaikan dengan diskusi yang baik dan logis.
Kami berusaha untuk melihat masalah dari berbagai sudut pandang dan mencari solusi yang adil bagi kedua belah pihak. Kami tidak ingin terjebak dalam emosi dan mengambil keputusan yang hanya berdasarkan perasaan semata. Logika membantu kami untuk tetap tenang dan tidak terbawa emosi dalam menghadapi konflik.
Dalam diskusi, kami juga belajar untuk mendengarkan satu sama lain dengan baik. Kami mencoba untuk memahami pandangan dan perasaan pasangan serta menyampaikan pendapat dengan jelas dan terbuka. Dengan begitu, kami dapat mencapai kesepahaman yang baik dan menemukan solusi yang memuaskan bagi kedua belah pihak.
Namun, kami juga menyadari bahwa tidak semua masalah dapat diselesaikan dengan logika semata. Ada saat-saat ketika salah satu dari kami merasa terpuruk atau down, dan masalah ini tidak dapat diatasi dengan logika semata. Dalam situasi seperti ini, kami berusaha untuk saling mendukung dan memberikan dukungan emosional satu sama lain.
3. Cinta Dewasa
Perasaan cinta dalam pernikahan kami adalah cinta dewasa. Saat kami memutuskan untuk menikah, kami melakukannya berdasarkan cinta yang matang dan rasional. Kami menyadari bahwa cinta bukan hanya tentang perasaan yang meletup-letup dan menggebu-gebu, tetapi juga tentang kompatibilitas dan kesesuaian dalam jangka panjang.
Dalam pernikahan kami, kami tidak hanya mengandalkan perasaan semata, tetapi juga mengandalkan logika dan perhitungan. Kami mempertimbangkan segala aspek dalam menjalani kehidupan bersama, termasuk nilai-nilai, tujuan, dan visi yang kami miliki.
Kami juga berusaha untuk terus memperkuat cinta kami melalui komunikasi yang baik dan saling mendukung. Kami tidak membiarkan rutinitas sehari-hari menghilangkan kehangatan dan keintiman dalam hubungan kami. Kami selalu mencari waktu untuk bersama-sama dan menghabiskan waktu berkualitas bersama.
Dalam cinta dewasa, kami juga belajar untuk saling memberikan ruang dan kebebasan satu sama lain. Kami tidak ingin saling mengekang atau mencurigai satu sama lain. Kami mempercayai satu sama lain dan berusaha untuk menjaga kepercayaan tersebut.
4. Tentukan Hal-hal Prinsip
Sebelum menikah, kami merumuskan hal-hal prinsip yang tidak boleh kami langgar dalam pernikahan. Hal ini kami lakukan agar kami memiliki pegangan dan batasan yang jelas dalam menjalani hubungan kami.
Salah satu hal prinsip yang kami sepakati adalah soal perselingkuhan. Kami berdua tidak mentolerir perselingkuhan dalam pernikahan kami. Kami menyadari bahwa kepercayaan adalah hal yang sangat penting dalam hubungan, dan perselingkuhan akan merusak hubungan tersebut.
Setiap pasangan memiliki hal prinsip yang berbeda-beda. Ada yang tidak masalah dengan perselingkuhan, namun tidak bisa mentolerir masalah finansial. Setiap pasangan perlu untuk menyepakati hal-hal prinsip yang tidak boleh dilanggar dalam pernikahan mereka.
Dengan menentukan hal-hal prinsip ini, kami memiliki panduan dan pegangan dalam menjalani pernikahan kami. Hal ini membantu kami untuk tetap teguh pada nilai-nilai yang kami yakini dan tidak tergoda untuk melanggar batasan yang telah kami sepakati.
5. Percaya Saja
Salah satu hal yang penting dalam pernikahan kami adalah saling percaya. Kami tidak ingin hubungan kami dipenuhi dengan rasa curiga dan kecemburuan yang berlebihan. Kami berusaha untuk saling mempercayai dan memberikan kebebasan satu sama lain.
Kami menyadari bahwa kecemburuan yang berlebihan hanya akan menghabiskan energi dan pikiran kita. Jika kami terus-terusan mencurigai satu sama lain, hubungan kami hanya akan dipenuhi dengan kekhawatiran dan ketegangan.
Suami saya pernah mengatakan bahwa dia tidak ingin menjadi suami yang selalu mencemburui saya. Dia percaya bahwa jika dia mencemburui saya dan terus mengekang kebebasan saya, saya justru akan merasa terkekang dan bisa jadi mencari pelarian di tempat lain. Dia menyadari bahwa kepercayaan adalah fondasi yang kuat dalam hubungan kami.
Kami berdua saling mempercayai dan memberikan kebebasan satu sama lain. Kami tidak ingin hubungan kami dipenuhi dengan rasa cemburu yang berlebihan. Kami percaya bahwa kepercayaan adalah kunci untuk menjaga hubungan kami tetap harmonis dan bahagia.
Dalam perjalanan 5 tahun pernikahan kami, kami menghadapi banyak ujian dan tantangan. Namun, dengan saling menghormati, berkomunikasi dengan baik, dan mempercayai satu sama lain, kami berhasil bertahan dan menjaga pernikahan kami tetap kuat.
Pernikahan bukanlah tentang hidup dalam kesempurnaan, tetapi tentang bagaimana kita menghadapi dan mengatasi perbedaan, konflik, dan tantangan bersama. Kami belajar untuk terus berkembang sebagai individu dan sebagai pasangan, dan selalu berusaha untuk menciptakan kebahagiaan dalam pernikahan kami.
Kami berharap bahwa perjalanan pernikahan kami akan terus berlanjut dengan kedewasaan dan kebahagiaan. Kami siap menghadapi ujian-ujian berikutnya yang akan datang setiap 5 tahun berikutnya. Kami percaya bahwa dengan komitmen, kerja sama, dan cinta yang kuat, kami akan terus bersama dan menjadi pasangan yang bahagia hingga akhir hayat.
Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com