Saya butuh partner hidup
Kebutuhan pertama yang ingin saya dapatkan dari suami saya adalah menjadi partner hidup yang baik. Sejak awal hubungan kami, saya yakin bahwa suami saya adalah orang yang bisa saya andalkan sebagai mitra hidup. Saya melihat bahwa dia adalah sosok yang selalu siap bekerja sama dengan saya dalam menghadapi segala tantangan dalam kehidupan ini.
Suami saya bukan hanya sekadar pasangan romantis, tetapi juga sosok yang rela mengulurkan tangannya untuk membantu saya dalam berbagai hal. Ketika saya merasa pegal atau lelah, dia tidak ragu untuk memberikan pijatan pada kaki dan punggung saya. Saat saya sedang hamil, dia selalu siap membantu saya dalam mengurangi rasa nyeri yang saya rasakan. Bahkan ketika anak kami lahir, dia dengan rela hati bangun pagi-pagi untuk membantu saya menghangatkan ASIP dan mengurus anak ketika sedang rewel.
Kami berdua sadar bahwa pernikahan adalah sebuah tim, di mana saling mendukung dan bekerja sama adalah kunci keberhasilannya. Saya menghargai dedikasi dan kesediaan suami saya untuk menjaga anak ketika saya memiliki tugas di akhir pekan. Kami berdua saling mendukung dalam menjalani peran sebagai pasangan dan orangtua.
Saya butuh untuk dihargai
Sebagai istri, saya paham bahwa saya harus mendengarkan suami dan menghormati keputusan yang dia ambil. Namun, bukan berarti saya tidak memiliki suara dalam hubungan ini. Saya berhak untuk mengemukakan pendapat saya dan berdiskusi dengan suami dalam mengambil keputusan yang penting.
Kami berdua saling menghargai dan menghormati satu sama lain. Jika ada perbedaan pendapat, kami tidak membiarkan hal itu menghancurkan hubungan kami. Suami saya selalu mengingatkan saya dengan bijak jika saya keliru dalam memandang suatu hal. Kami berusaha untuk tidak mengejek atau menjatuhkan satu sama lain, terutama di depan anak-anak kami. Kami sadar bahwa kekerasan dalam rumah tangga tidak akan membawa kebaikan bagi keluarga kami.
Saya butuh kehidupan seksual terpenuhi
Mungkin terdengar agak lucu ketika saya menulis poin ini, tetapi sebagai perempuan, saya juga memiliki kebutuhan seksual yang perlu dipenuhi. Banyak yang mengatakan bahwa porsi terbesar otak laki-laki adalah memikirkan tentang seks. Namun, saya percaya bahwa kehidupan seksual adalah kebutuhan dasar bagi kedua belah pihak dalam pernikahan.
Tentu saja, ada momen ketika saya merasa lelah dan kehilangan minat untuk berhubungan seks. Namun, saya tidak ingin kehidupan seksual kami terabaikan begitu saja. Saya menantikan inisiatif dari suami saya untuk memulai hubungan intim. Jika suami saya tidak melakukan hal tersebut, saya tidak ragu untuk mengambil inisiatif sendiri. Bagi saya, tidak ada yang salah dalam melakukan hubungan intim dengan suami sendiri.
Saya butuh privacy
Saya percaya bahwa dalam pernikahan, setiap individu masih memiliki hak atas privasi mereka sendiri. Meskipun kami sudah menjadi suami istri, kami tidak kehilangan hak untuk menjalani hobi atau menikmati waktu sendiri. Saya menghargai privasi suami saya dan tidak akan mencampuri urusan pribadinya secara berlebihan.
Privasi dalam pernikahan tidak berarti merahasiakan password handphone atau membatasi akses sosial media. Jika hal tersebut terjadi, itu malah menjadi tanda-tanda ketidaksehatan dalam hubungan kami. Namun, saya juga tidak ingin menjadi terlalu curiga dan selalu memeriksa isi sosial media atau email suami saya. Saya paham bahwa rasa cemburu yang berlebihan hanya akan menyebabkan masalah dalam hubungan kami.
Saya butuh memelihara identitas pribadi
Seringkali, setelah menikah dan memiliki anak, seorang wanita merasa kehilangan jati dirinya. Saya juga merasakan hal yang sama. Terkadang, saya lupa untuk membahas hal-hal yang saya sukai dengan suami. Obrolan kami tidak lagi seputar diri kami sendiri, tetapi lebih banyak tentang anak-anak kita. Meskipun membahas anak adalah hal yang penting, tetapi saya ingin tetap menjaga identitas pribadi saya.
Saya ingin suami saya tetap ingat tentang hal-hal yang menjadi passion saya. Saya pun berusaha untuk selalu mengingat hal-hal yang disukai oleh suami saya. Saya tidak ingin sampai pada suatu titik di mana kami merasa seperti orang asing satu sama lain. Oleh karena itu, kami berdua menyadari bahwa kita perlu meluangkan waktu untuk nge-date berdua, tanpa kehadiran anak-anak. Hal ini penting untuk mempererat hubungan kami sebagai suami istri.
Syukurnya, setelah membuat daftar ini dan me-review bersama, saya merasa bahwa suami saya sudah bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini. Tentu saja, sebagai pasangan suami istri, kami masih perlu terus belajar dan tumbuh bersama. Saya ingin mengajak pasangan suami istri lainnya untuk juga merenungkan kebutuhan masing-masing dan berkomunikasi dengan pasangan tentang hal ini. Dengan saling memahami dan mendukung, kita dapat membangun hubungan yang harmonis dan bahagia dalam pernikahan.
Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com