4 Fakta dan Mitos Makanan Manis, Bikin Anak Hiperaktif?

4 Fakta dan Mitos Makanan Manis, Bikin Anak Hiperaktif?

Makanan manis memang idola anak-anak. Namun, Bunda perlu mengetahui deretan fakta dan mitos yang berkembang seputar makanan manis ini.

Mitos seputar makanan manis

Sebabkan anak-anak jadi hiperaktif

Banyak Bunda berpikir bahwa makanan manis memiliki kandungan gula yang berlebih. Untuk anak-anak, hal ini bisa membuatnya menjadi hiperaktif dan banyak tingkah. Waduh… Apakah hal ini benar?

Faktanya, gula memang menciptakan energi, tapi tidak membuat anak jadi hiperaktif. Melansir laman resmi Healthline, survey menunjukkan bahwa kebanyakan orang tua keliru mengenali reaksi yang timbul dari si Kecil.

Banyak yang berpikir bahwa hiperaktif terjadi karena mengonsumsi gula, padahal bukan lho, Bu. Seorang anak menjadi hiperaktif dengan berteriak bahagia, berlarian, atau bahkan melompat-lompat itu karena kebahagiaan yang dirasakannya, bukan hanya karena mengonsumsi makanan manis, ya!

Penyebab utama gigi berlubang

Sebagian Bunda juga menghindari pemberian makanan manis kepada si Kecil karena takut giginya berlubang. Sebenarnya, gigi si Kecil yang berlubang disebabkan oleh asam yang diproduksi bakteri yang memakan gula. Namun, bakteri tersebut juga memakan banyak karbohidrat yang tertinggal di gigi dari makanan lain, seperti biji-bijian dan buah.

Oleh karenanya, Bunda tidak bisa menyalahkan sepenuhnya pada makanan manis ya, karena sebenarnya yang jadi penyebab utama gigi berlubang adalah plak. Selain itu, kalau pun si Kecil tidak mengonsumsi makanan manis tetapi ia tetap rutin menyikat gigi, sama saja kan, Bu? Giginya bisa jadi tidak terawat dan berlubang.

Si Kecil bisa jadi kecanduan makanan manis

Melansir laman resmi parents.com, sebuah studi menyebutkan bahwa orang yang menyukai gula belum tentu akan kecanduan. Ada beberapa macam tipe kecanduan yaitu obsesi konstan, kehilangan kontrol, penggunaan meningkat, dan ketidakpuasan saat tidak terpenuhi.

Baca Juga:  Perawatan Anak Saat Keracunan Obat

Studi itu menyatakan dari semua orang yang telah menjalani tes tentang gula dan kecanduan, hanya sedikit yang mengalami gejala kecanduan di atas. Jadi, makanan manis bisa menyebabkan kecanduan adalah mitos.

Gula merah lebih sehat dari gula putih

Menurut Departemen Pertanian Amerika Serikat, gula merah mengandung sekitar 17 kilo kalori per sendok teh, dibandingkan dengan gula putih yang mengandung 16 kilo kalori per sendok teh.

Akibat kandungan molasenya, gula merah mengandung beberapa mineral tertentu seperti kalsium, kalium, zat besi, dan magnesium. Namun, kandungan tersebut ada dalam jumlah yang sangat kecil, sehingga tidak ada manfaat kesehatan nyata.

Fakta tentang makanan manis

Si Kecil jadi lebih berenergi

Bunda pasti tahu bahwa karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh. Nah, supaya bisa digunakan, karbohidrat tersebut akan diubah menjadi glukosa yang nantinya akan mengalir melalui aliran darah ke sel-sel tubuh untuk diubah lagi menjadi energi.

Akan tetapi, tidak semua sel tubuh menggunakan glukosa sebagai energi. Misalnya, sel-sel pada otot dan hati akan menyimpan glukosa sebagai cadangan energi nih, Bu. Glukosa yang tersimpan itu nantinya akan digunakan kalau tidak ada makanan yang masuk ke dalam tubuh atau saat tubuh si Kecil kekurangan energi.

Mood si Kecil lebih baik

Melansir laman resmi parents.com, ternyata ada studi yang menunjukkan pengaruh makanan manis terhadap otak dan suasana hati si Kecil lho, Bu. Makanan manis dipercaya mampu membuat otak melepaskan hormon serotonin dan membantu menstabilkan suasana hati hingga mencegah depresi.

Makanan manis juga bisa mengaktifkan pusat kesenangan di otak, meningkatkan produksi hormon dopamin, sehingga dapat membuat seseorang merasa bahagia setelah mengonsumsinya.

Baca Juga:  Gigi Terawat, Karies Lewat

Membantu meningkatkan kemampuan berpikir

Glukosa merupakan bahan bakar otak, sehingga mengonsumsi makanan manis dapat meningkatkan daya ingat, proses berpikir, dan konsentrasi. Hanya saja simpanan glukosa dalam hati dan otot, tubuh akan menggunakan lemak dan protein untuk mendapatkan energi.

Namun, ketika lemak dan protein habis, tubuh akan menggunakan otot untuk mendapatkan tenaga. Hal inilah yang membuat si Kecil merasa lemas, mudah lelah, dan kehilangan konsentrasi.

Makanan manis memang tidak selamanya buruk bagi si Kecil, tetapi Bunda juga tetap harus lebih cermat memilih makanan manis yang tepat. Selain itu, pastikan juga jumlah atau porsi makanan manisnya sesuai dengan batas normal dan jangan sampai berlebihan ya, Bu!

9AAE merupakan protein esensial yang berperan penting untuk menyerap nutrisi lain agar lebih optimal. Maka dari itu, 9AAE harus dikonsumsi secara rutin karena tubuh tidak bisa memproduksinya sendiri lho, Bu.

Apa yang terjadi jika si Kecil kekurangan 9AAE? Penelitian dari J.Nutr yang dipublikasi dalam National Center for Biotechnology Information menyebutkan kekurangan semua jenis 9AAE akan menurunkan potensi tinggi badan anak sebesar -50%.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa makanan manis tidak selalu buruk bagi kesehatan anak. Namun, Bunda perlu bijak dalam memilih dan mengatur pola makan si Kecil agar tetap sehat dan terhindar dari risiko penyakit.

Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com