Kata orang, anak laki-laki lebih aktif dan agresif sementara anak perempuan cerewet dan banyak bertanya. Namun, apakah anggapan ini benar? Apakah benar bahwa anak laki-laki lebih aktif dan agresif, sementara anak perempuan lebih cerewet dan bertanya banyak? Mari kita lihat hasil riset yang ada.
Dalam beberapa penelitian yang dilansir oleh whattoexpect.com, ternyata terdapat beberapa perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan. Pertama, terkait dengan empati dan emosi. Anak perempuan dinilai lebih berempati dibanding anak laki-laki. Lebih dari 100 penelitian telah membuktikan hal ini. Anak perempuan biasanya lebih bisa mengenali emosi orang lain berdasarkan ekspresi wajah, sehingga mereka lebih mampu merasakan empati.
Namun, hal ini tidak berarti bahwa anak laki-laki tidak bisa memiliki empati. Anak laki-laki juga perlu dikenalkan pada emosi dan diberitahu bahwa menangis itu wajar untuk mengungkapkan perasaan. Dengan demikian, anak laki-laki juga bisa lebih berempati karena mereka bisa mengenali emosi.
Selanjutnya, terkait dengan kemampuan spasial. Anak laki-laki dianggap lebih pintar dalam matematika atau hal-hal yang berhubungan dengan bentuk ruang, ukuran, dan jarak antar benda. Riset menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih mampu memvisualisasikan bagaimana sebuah objek akan terlihat jika diputar dibandingkan anak perempuan.
Namun, ini bukan berarti bahwa anak perempuan tidak bisa memiliki kemampuan spasial yang baik. Anak perempuan juga perlu diberi kesempatan untuk bermain dengan mainan yang melibatkan kemampuan spasial, seperti bermain blok kayu atau bermain angka. Jangan batasi permainan sebagai permainan anak laki-laki dan perempuan. Games yang fokus pada target juga bisa membantu meningkatkan kemampuan spasial anak perempuan.
Selanjutnya, terkait dengan preferensi mainan. Banyak yang beranggapan bahwa anak perempuan lebih senang bermain boneka, sedangkan anak laki-laki lebih senang bermain mobil-mobilan. Namun, riset menunjukkan bahwa anak perempuan yang memiliki hormon testosteron lebih besar juga tertarik pada mobil-mobilan.
Hal ini menunjukkan bahwa mainan tidak memiliki gender. Sebetulnya tidak masalah jika anak perempuan bermain dengan mobil-mobilan atau anak laki-laki bermain dengan mainan masak-masakan. Pada akhirnya, saat dewasa, banyak laki-laki yang menjadi chef. Jadi, biarkan anak mengembangkan minat dan bakatnya tanpa membatasi mainan berdasarkan gender.
Selanjutnya, terkait dengan aktivitas fisik. Anak laki-laki cenderung lebih suka berlari-lari dan melompat, sedangkan anak perempuan cenderung lebih kalem. Riset menunjukkan bahwa bahkan sejak di dalam kandungan, bayi laki-laki bergerak lebih banyak dibandingkan anak perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan anak laki-laki memang lebih aktif dibandingkan anak perempuan.
Namun, hal ini tidak berarti bahwa anak perempuan tidak boleh beraktivitas fisik. Aktivitas fisik sangat penting bagi perkembangan anak, baik itu anak laki-laki maupun perempuan. Oleh karena itu, jangan membatasi aktivitas fisik anak berdasarkan jenis kelamin. Biarkan mereka berlari, melompat, dan bermain sesuai dengan minat dan keinginan mereka.
Selanjutnya, terkait dengan agresivitas. Anak laki-laki cenderung lebih agresif daripada anak perempuan. Mereka cenderung memukul saat marah, mendorong teman, bahkan menendang atau menggigit. Hal ini disebabkan oleh hormon testosteron yang lebih tinggi pada anak laki-laki. Namun, hal ini tidak berarti bahwa semua anak perempuan itu kalem. Banyak juga anak perempuan di bawah usia 3 tahun yang juga memiliki tingkat agresivitas yang tinggi.
Oleh karena itu, penting bagi anak-anak untuk belajar mengelola kemarahan mereka dengan baik. Anak harus belajar bahwa kemarahan tidak perlu dilampiaskan dengan menyakiti orang lain. Marah itu wajar, namun menyakiti orang lain tidak boleh. Anak perlu diajarkan cara mengungkapkan kemarahan dengan cara yang tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Terakhir, terkait dengan kemampuan berbicara. Anak perempuan terkenal tidak pernah berhenti bicara. Mereka rata-rata bisa bicara lebih dulu dibandingkan berjalan. Riset menunjukkan bahwa anak perempuan memiliki kosakata yang lebih banyak dibandingkan dengan anak laki-laki pada usia 18-24 bulan. Namun, hal ini hanya berpengaruh sebanyak 3%. Yang lebih berpengaruh adalah lingkungan yang mengajak anak berbicara.
Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk aktif berbicara dan membaca buku bersama anak. Hal ini dapat membantu meningkatkan kosakata anak dan memperluas wawasan mereka. Ajak anak berbicara tentang apa yang mereka rasakan, apa yang mereka lihat, dan apa yang mereka pikirkan. Dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk berbicara, kita juga dapat memperkuat hubungan emosional antara orangtua dan anak.
Dalam kesimpulan, anggapan umum tentang karakteristik anak laki-laki dan perempuan tidak selalu benar. Anak laki-laki tidak selalu lebih aktif dan agresif, sedangkan anak perempuan tidak selalu cerewet dan bertanya banyak. Setiap anak unik dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Selain itu, pengaruh lingkungan dan pendidikan yang diberikan kepada anak juga dapat memengaruhi perkembangan mereka. Oleh karena itu, penting bagi kita sebagai orangtua dan pendidik untuk memahami dan menghargai perbedaan setiap anak, serta memberikan kesempatan yang sama kepada mereka untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi yang mereka miliki.
Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com