9 Ciri Orang Tua Overprotektif, Bikin Anak Tidak Berkembang


Sebagai orang tua, kita memiliki keinginan yang besar untuk memberikan yang terbaik bagi anak-anak kita. Namun, terkadang tanpa kita sadari, kita malah menjadi overprotektif dan tanpa disadari, tindakan ini justru dapat membahayakan tumbuh kembang anak-anak kita. Orang tua overprotektif adalah sosok yang terlalu melindungi anak-anak mereka dari rasa sakit fisik, mental, atau emosional. Mereka ingin memastikan bahwa anak-anak mereka sukses dengan cara memudahkan jalur yang harus dilalui oleh anak-anak mereka. Mereka memiliki kecenderungan untuk mengambil alih pengambilan keputusan yang semestinya menjadi hak dan tanggung jawab anak-anak mereka, karena mereka percaya bahwa mereka tahu yang terbaik.

Dalam artikel yang ditulis oleh Lauren Barth dengan judul “Overprotective Parents: How to Let Go and Raise Independent Kids”, dijelaskan bahwa pola asuh orang tua overprotektif biasanya melibatkan terlalu jauh dalam segala aspek kehidupan anak-anak mereka. Mereka terlalu mengontrol dan tidak memberikan kesempatan kepada anak-anak mereka untuk memutuskan dan mengambil keputusan sendiri. Mereka juga tidak memberikan cukup kesempatan kepada anak-anak mereka untuk mendapatkan pengalaman dan kemandirian sesuai dengan tahapan usia mereka. Oleh karena itu, pola asuh ini seringkali disebut sebagai pola asuh “helicopter parents”.

Sebagai orang tua, kita tentu saja ingin yang terbaik untuk anak-anak kita. Namun, kita perlu menyadari bahwa menjadi overprotektif tidaklah baik untuk perkembangan anak-anak kita. Ada beberapa tanda-tanda yang menunjukkan bahwa seseorang adalah orang tua overprotektif. Salah satu tanda yang pertama adalah ketika orang tua terlalu mengatur dan memantau kehidupan anak-anak mereka. Mereka bahkan mengatur pilihan-pilihan kecil dalam kehidupan anak-anak mereka, seperti pilihan pakaian, aktivitas harian, atau teman-teman yang boleh berteman dengan anak-anak mereka. Tanda yang kedua adalah ketika orang tua terlalu sering mengingatkan dan memberikan petunjuk kepada anak-anak mereka. Mengingatkan adalah hal yang wajar dilakukan oleh orang tua, namun jika terlalu berlebihan, anak-anak bisa menjadi bingung dan kehilangan kemampuan untuk mengambil keputusan sendiri.

Tanda yang ketiga adalah ketika orang tua memberikan hiburan yang berlebihan kepada anak-anak mereka ketika mereka sedih atau kecewa. Sebagai contoh, orang tua mungkin mengajak anak-anak mereka pergi ke tempat istimewa hanya karena mereka sedih atau kecewa. Padahal yang sebenarnya dibutuhkan oleh anak-anak adalah dukungan emosional, seperti pelukan hangat dan mendengarkan serta memvalidasi perasaan mereka. Tanda yang keempat adalah ketika orang tua mengontrol pengambilan keputusan. Orang tua yang seringkali membuat keputusan untuk anak-anak mereka tanpa memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk memikirkan pilihan-pilihan mereka sendiri adalah tanda orang tua overprotektif. Memang wajar bagi orang tua untuk memberikan arahan dan berdiskusi dengan anak-anak mereka, namun pada akhirnya, pilihan dan keputusan harus kembali kepada anak-anak.

Baca Juga:  Manfaat Dark Chocolate untuk Ibu Hamil, Sudah Coba?

Tanda yang kelima adalah ketika orang tua melindungi anak-anak mereka dari kegagalan dan kesalahan. Sebagai orang tua, kita memiliki kecenderungan untuk melindungi anak-anak kita. Namun, sebenarnya untuk membesarkan anak yang tangguh, kita perlu memberikan kesempatan kepada mereka untuk belajar dari kegagalan dan menjadikannya sebagai pengalaman pembelajaran yang berarti. Jika anak-anak melakukan kesalahan, orang tua overprotektif cenderung mencari alasan pembenaran dan tidak membiarkan anak-anak bertanggung jawab serta menanggung risiko dari perbuatannya. Tanda yang keenam adalah ketika orang tua memiliki ketakutan dan kecemasan yang berlebihan. Kita sebagai orang tua tentu saja perlu waspada, namun jika kita terlalu sering berteriak atau menjerit untuk memastikan keselamatan anak-anak kita, hal ini tidaklah positif. Anak-anak bisa menjadi ikut cemas dan memiliki ketakutan yang berlebihan.

Tanda yang ketujuh adalah ketika orang tua hanya fokus pada pencapaian-pencapaian besar anak-anak mereka, tanpa menghargai pertumbuhan dan kemajuan anak-anak mereka setiap harinya. Orang tua overprotektif cenderung hanya merayakan pencapaian anak-anak mereka dalam bidang akademis atau prestasi-prestasi besar lainnya, tanpa memperhatikan momen-momen berharga bersama anak-anak mereka. Tanda yang kedelapan adalah ketika orang tua memberikan reward yang luar biasa untuk pencapaian-pencapaian anak-anak mereka, namun juga memberikan hukuman jika anak-anak dianggap melanggar aturan. Hal ini bisa membuat anak-anak terbiasa melakukan hal-hal positif hanya untuk mendapatkan reward, bukan karena mereka merasa hal tersebut benar.

Tanda yang kesembilan adalah ketika orang tua menciptakan “bubble kenyamanan” untuk anak-anak mereka. Orang tua overprotektif seringkali menciptakan lingkungan yang terlalu nyaman bagi anak-anak mereka, sehingga mereka tidak dihadapkan dengan realita kehidupan sesuai usia mereka. Misalnya, orang tua tidak mengijinkan anak-anak mereka untuk ikut kegiatan sekolah atau tidak mengizinkan mereka naik kendaraan umum, karena khawatir anak-anak tidak akan merasa nyaman. Padahal, anak-anak perlu dihadapkan dengan realita kehidupan sesuai dengan usia mereka agar mereka dapat belajar dan berkembang.

Baca Juga:  Saskhya Aulia Prima: Jangan Pernah Takut Untuk Memulai dari Nol

Ternyata, menjadi orang tua overprotektif dapat memiliki banyak efek negatif pada tumbuh kembang dan pembentukan karakter anak-anak kita. Salah satu efek negatifnya adalah anak-anak menjadi kurang mandiri, karena mereka tidak diberikan kesempatan untuk mencoba dan melakukan hal-hal secara mandiri. Mereka terlalu bergantung pada bantuan orang lain. Selain itu, anak-anak juga mengalami hambatan dalam kemampuan mereka untuk memecahkan masalah, karena mereka selalu dibantu atau dicarikan solusi oleh orang tua. Mereka tidak terlatih untuk memutuskan sesuatu dan menanggung risiko atas pilihan-pilihan mereka.

Orang tua yang overprotektif juga dapat membuat anak-anak memiliki self esteem dan self-worth yang rendah. Anak-anak yang merasa bahwa mereka tidak kompeten dan sulit mencintai serta menghargai diri sendiri dengan tulus, karena mereka tidak dipercaya oleh orang tua mereka untuk mengatur hidup, membuat keputusan, dan bertindak. Selain itu, anak-anak juga dapat kehilangan semangat juang dan mudah menyerah. Hal ini disebabkan oleh proteksi berlebihan yang dilakukan oleh orang tua, sehingga anak-anak tidak terbiasa menghadapi tantangan dalam hidup mereka. Mereka menjadi terlalu takut untuk mencoba hal-hal baru dan memilih untuk mundur.

Anak-anak yang memiliki orang tua overprotektif juga dapat mengalami kecemasan dan ketakutan yang berlebihan. Mereka seringkali merasakan kecemasan dan ketakutan yang berlebihan ketika mereka berada dalam situasi dan pengalaman baru tanpa kehadiran orang tua. Mereka juga bisa kesulitan menerima kegagalan dan mudah stres. Anak-anak ini cenderung sulit menerima kegagalan, karena mereka jarang diberikan kesempatan untuk mencoba dan mengalami kegagalan. Padahal, dari kegagalan, anak-anak dapat belajar untuk mengatur emosi mereka dan bangkit kembali. Kurangnya kemampuan anak-anak untuk menerima kegagalan juga dapat berdampak pada kesehatan mental mereka, di mana mereka cenderung mudah stres jika menghadapi kegagalan.

Selain itu, anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua overprotektif juga dapat mengalami masalah dalam hubungan sosial. Mereka mungkin memiliki masalah dalam berinteraksi dengan orang lain karena pengalaman sosialisasi mereka terbatas dan mereka tidak memiliki pertemanan yang normal sesuai dengan usia mereka. Selain itu, mereka juga dapat mengalami masalah dalam membentuk hubungan yang sehat ketika mereka dewasa, karena hubungan mereka dengan orang tua mereka tidak didasarkan pada saling kepercayaan.

Baca Juga:  6 Ragam Mainan Edukasi Anak 5 Tahun & Cara Memilihnya

Anak-anak yang memiliki orang tua overprotektif juga dapat memiliki karakter people pleasing dan perfeksionis. Mereka terbiasa melakukan segala sesuatu untuk menyenangkan orang tua mereka, bukan untuk kebahagiaan diri mereka sendiri. Mereka juga merasa bahwa mereka harus sempurna, seperti yang mereka anggap sebagai tuntutan dari orang tua mereka.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa menjadi orang tua overprotektif tidaklah baik untuk perkembangan anak-anak kita. Kita perlu memberikan kesempatan kepada anak-anak kita untuk belajar dan mengalami hal-hal secara mandiri. Kita perlu memberikan mereka ruang untuk mencoba dan memutuskan sesuatu sendiri. Kita juga perlu memberikan dukungan emosional dan memvalidasi perasaan mereka. Dengan memberikan kebebasan kepada anak-anak kita untuk mengambil keputusan dan mengalami kegagalan, kita dapat membantu mereka menjadi anak-anak yang mandiri, tangguh, dan memiliki kesehatan mental yang baik.

Sebagai orang tua, kita harus menyadari bahwa tugas kita bukan hanya untuk melindungi anak-anak kita, tetapi juga untuk membantu mereka tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang mandiri dan tangguh. Kita harus memberikan mereka kesempatan untuk belajar dari kegagalan, mengatur emosi mereka, dan mengatasi tantangan dalam hidup mereka. Kita harus memberikan mereka kebebasan untuk mengambil keputusan dan memilih jalan hidup mereka sendiri. Dengan begitu, kita dapat membantu mereka menjadi orang yang bahagia dan sukses dalam hidup mereka.


Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com